Senin, 01 September 2008

Terusik Realitas

. Senin, 01 September 2008

Manusia akan tetap menghargai dirinya sebagai mahluk yang diciptakan dengan akal pikiran, apa yang didepan matanya tak bisa disembunyikan begitu saja dari bisikan nurani. (arief )
Bukan sebuah pemandangan yang harus disembunyikan, apa yang saat ini menjadi fenomena dan prilaku dari penentu kebijakan di Sumbawa semakin mengusik nurani beberapa individu Sumbawa yang kebetulan berdomisili di luar Sumbawa tepatnya di Jakarta. Beberapa hari yang lalu tepatnya Rabu Malam Tanggal 29 Januari 2003, bertempat di rumah dinas anggota DPR / MPR RI – Hatta Taliwang diadakan pertemuan terbatas yang membahas masalah Sumbawa kekinian.

Acara ini pada dasarnya tidak mempunyai tendensi apa – apa kecuali kegundahan beberapa individu yang memandang Sumbawa bukan lagi berindentitas Sumbawa sebenarnya. Intinya keadaan Sumbawa saat ini dikacaubalaukan oleh para penentu kebijakan yang tidak mengerti sejauh mana kepentingan rakyat itu diperjuangkan. Acara yang berlangsung sampai tengah malam tersebut diahadiri oleh Hatta taliwang selaku tuan rumah, Amir Jawas, DR. Zulkiflimansyah, Manimbang Kahariadi, Yan Sirajuddin, Judhiar, Adnan, Lukman Muslimin, Sambirang Ahmadi, Sekjen Kebo Karong – Hendra serta penulis yang berperan sebagai insiator pertemuan. Sedangkan Fahri Hamzah dan DR. Oktaufik tidak bisa hadir karena ada acara lainnya.
Pertemuan malam itu cukup menghangat disaat Hatta Taliwang mengkonfrontirkan hasil kajian The Research Network for Sumbawa dengan opini dan kenyataan sebenarnya yang ada di Sumbawa. Dan memang pandangan peserta yang hadir banyak membenarkan hasil kajian yang telah dipublikasikan oleh media lokal tersebut. Ditambah dengan paparan oleh Sekjen Kebo Karong yang kebetulan ada di Jakarta makin menambah keyakinan peserta yang ada bahwa kondisi di Sumbawa sudah mencapai stadium empat. Disaat Hatta menanyakan persoalan ini kepada ekonom muda DR. Zulkiflimansyah, bagaimana penanganan yang tepat terhadap Sumbawa ? dengan santai Zul menjawab “Penanganan persoalan Sumbawa jauh lebih mudah menangani persoalan Indonesia, formula jangka pendek untuk menyelesaikan prilaku penentu kebijakan Sumbawa kayaknya sudah habis”. Ditambah oleh Zul, untuk merubah Sumbawa harus dimulai dari lingkungan Mikro seperti diri kita sendiri, baru pada tahap kelompok dan bisa jadi berimbas pada lingkungan yang lebih besar. Formula ini akan bisa diterapkan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Kembali pada realitas yang ada saat ini di Sumbawa, ternyata beberapa individu Sumbawa tidak lagi menutup mata dan telinganya melihat keadaan Sumbawa saat ini. Intinya mereka sangat prihatin dengan kondisi yang sengaja diciptakan tersebut sehingga tidak ada lagi pencerahan yang bisa mengimbangi prilaku para elitis Sumbawa. Memang, seharusnya kita sebagai insan Sumbawa tidak bisa acuh apalagi apatis melihat persoalan yang ada di Sumbawa. Tak lain semua kondisi ini bermuara dengan naiknya Latif Majid sebagai Bupati Sumbawa. Melihat Sumbawa saat ini, niscaya kita sepakat bahwa kondisi yang diciptakan sangat kronis dibandingkan masa – masa pemerintahan Sebelumnya. Kita tidak hanya berharap pada bantuan tangan Tuhan, namun alangkah baiknya kita coba berusaha membenarkan rel yang telah disalahgunakan tersebut dengan kemampuan yang ada dalam diri masing. Sejenak akan sangat tidak mungkin perubahan akan dicapai, namun dengan niat yang tulus demi masa depan Sumbawa khususnya genarasi lanjutannya maka bukan tak mungkin perubahan akan dapat diciptakan. Tidak ada yang bisa membatasi sebuah niat tulus, kerajaan kecil Sumbawa yang dirajai Latif Majid niscaya akan dapat ditumbangkan dengan niat perubahan tersebut. Penulis tetap yakin akan tiba saatnya masa – masa kejayaan dan keangkuhan pemerintahan Latif Majid terantuk dengan sebuah batu kerikil. Yang pada akhirnya akan dirongrong oleh kesalahan yang telah diperbuat selama ini. Didepan kita titik pencerahan itu sudah mulai muncul, persoalan pembabatan Hutan Lindung diwilayah Sumbawa Timur yang diangkat oleh GEMPUR semakin memperkuat keyakinan penulis bahwa tidak lama lagi segala kebobrokan Latif dan keluarganya akan dipertontonkan kepada Masyarakat Sumbawa. Ditambah dengan persoalan rangka baja yang saat ini makin marak diusut melalui jalur hukum, merupakan realitas bahwa titik jenuh itu akan tiba. Masyarakat sudah tentu menginginkan hak mereka dapat diperoleh bukan dimanipulir oleh penentu kebijakan yang selama ini memperoleh akses segala bidang.
Pertemuan perdana di Jakarta beberapa hari lalu, sangat mungkin akan dilakukan pula oleh komponen Sumbawa lainnya yang merasa terusik dengan realitas yang terjadi di Sumbawa. Penulis masih percaya bahwa nurani seseorang tidak dapat dibohongi dengan kenyataan yang secara simultan diciptakan apalagi kenyataan tersebut mengorbankan kepentingan rakyat banyak.
Bahkan dalam benak keisengan, formula yang tepat untuk menyelesaikan persoalan Sumbawa adalah REVOLUSI, mungkin anda semua masih bingung apa sebenarnya REVOLUSI yang tepat bagi Sumbawa. Wait and See

Jakarta, 4 Pebruari 2003
Arif Hidayat

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih Tas Komentar Anda

 

Artikel Terkait


© Copyright 2008. www.arifhidayat.com. All rightsreserved | www.arifhidayat.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com