Senin, 01 September 2008

Oh……….KURSI

. Senin, 01 September 2008

Oh……….KURSI



Fenomena menarik lahir dikala Reformasi digulirkan, acapkali hal yang tabu dibicarakan sebelumnya lepas begitu saja menggelana dalam benak masyarakat awam. Kursi dalam kebendaannya merupakan hal yang biasa dalam masyarakat kita, namun dalam pengertian kiasan Kursi mengandung bermacam-macam panafsiaran. Kekuasaan acapkali selalu bersinggungan dengan Kursi, sampai – sampai tukang meubel dibuat bingung dengan penafsiran yang simpang siur ini. Kursi akan menjadi bagian perencanaan matang bagi yang haus akan kekuasaan, kita bisa menengok apa yang terjadi di Sumbawa. Kursi merupakan ungkapan sakral untuk menunjukkan kekuatan dan kekusaan seseorang. Kursi akan menjamin seseorang untuk melangkah lebih jauh meraih ambisi yang lebih tinggi, bahkan dengan manipulasi itu menjadi bagian halal yang direncanakan.


Yang sangat menonjol dalam peta perpolitikkan di Sumbawa Kursi “Bupati” adalah bentuk nyata dalam pergolakkan lokal yang tak akan habis-habisnya. Edisi perdana dimunculkan ketika Reformasi di Tanah air baru di gulirkan, suksesi yang terjadi menjadi perhatian semua komponen untuk melihat jalannya Demokrasi. Nyatanya manipulasi terhadap makna reformasi menjadi bagain dari pesta Akbar Suksesi tersebut. Tiga tahun telah berlalu harapan untuk mengkoreksi manipulasi dengan menunjukkan kinerja yang lebih baik ternyata hanya sebatas harapan, dan malah jauh dari harapan.
Penulis cukup tergelitik ketika beberapa hari yang lalu menerima SMS dari Sumbawa, isinya : “Me Solusi Nene untuk tana Samawa, na asal seles karante nene pang koran ade nonda tuju nan”. Ungkapan yang polos dan mengandung pembenaran terhadap kinerja Pemerintahan selama ini merupakan dukungan nyata dari pengirim SMS tersebut. Kembali penulis membalas SMS tersebut, “Anda harus melihat jernih persoalan di Sumbawa, konstribusi apa yang diberikan Bupati Sumbawa, yang lebih baik dari masa sebelumnya?” ternyata setelah ditunggu – tunggu pengirim SMS yang tidak mau mengungkap jati dirinya diam seribu bahasa.
Membahas masalah solusi di Sumbawa, sebelum masa suksesi dari Jakop Koswara ke Latif Majid dengan tegas penulis menolak Latif sebagai Bupati Sumbawa yang sah. Pandangan ini dilatarbelakangi oleh pemahaman dan pemutarbalikkan Undang-undang yang dibuat menguntungkan Latif Majid. Setelah hampir setahun Latif Majid terpilih namun kondisi kondisi di Sumbawa masih bergejolak, kami dari kelompok Oposan Latif memberi kesempatan agar Latif bisa menjalankan Roda pemerintahan dengan syarat Jauhkan dari KKN ! nyatanya masa pemerintahan yang singkat ini KKN merajalela bak Gurita raksasa.
Berlanjut ketika Sekda Sumbawa mengalami pergantian ke H.B. Thamrin Rayes, Kondisi Sumbawa Relatif aman dari para Demonstran. Mulailah timbul loyalitas internal dalam jajaran Pemda Sumbawa dan peraturan kedisiplinan mulai ditegakkan. Berselang beberapa hampi dua tahun persoalan mulai muncul kepermukaan ketika posisi Sekda akan di gantikan kembali oleh Latif Majid, Sumbawa kembali diguncang Demonstrasi oleh berbagai komponen yang menolak rencana tersebut.
Pendekatan kepentingan merupakan jawaban yang tepat mengapa posisi Sekda harus digantikan sebelum masa suksesi 2004 terjadi. Peta kekuatan untuk meraih Posisi Bupati nanti ternyata saat ini mulai dipersiapkan. Tak ketinggalan Latif Majid dengan asumsi keberhasilannya yang semu ternyata mempersiapkan diri dengan matang untuk meraih kembali kursi yang didudukinya saat ini. Dalam lingkung lokal Sumbawa kompetisi untuk menduduki posisi Bupati ini ternyata mendapat saingan berat dari “Sekda” yang saat ini juga masih aktif. Kenyataan ini akan menambah rintangan yang kuat jika posisi Sekda tetap dipertahankan sampai 2004. dilain pihak incaran Kursi Bupati Sumbawa juga dilirik Oleh ketua DPRD Sumbawa, M. Amin, S.H. Maka terjadilah permainan politik untuk menyingkirkan Bacabu mendatang dengan jalan mematikan karier di jalur pemerintahan.
Mengurut pada kesepakatan antara Latif Majid dan H.B.Thamrin Rayes diawal dipilihnya menjadi Sekda Sumbawa, bahwa duet ini akan bertahan sampai 2004. kesepakatan ini dengan penekanan pada beberapa kewenangan Sekda yang sengaja diperlemah oleh Bupati. Politik ini digunakan Oleh Latif Majid agar pengaruh H.B. Thamrin Rayes tidak akan menguat baik secara Internal maupun external di wilayah Sumbawa. Nyatanya dukungan terhadap sepak terjang dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Sekda mendapat respon yang lebih baik di bandingkan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Bupati sendiri. Kenyataan inilah yang membuat Kroni - kroni Latif Majid mengeluarkan jurus Genocide. Sasaran terfokus tak lain adalah Sekda Sumbawa.
Kondisi di Sumbawa yang mulai memanas, tergambar dengan mulainya beraksi beberapa komponen masyarakat yang menolak pergantian tersebut. Ditambah lagi dengan permainan ketua DPRD Sumbawa yang sengaja memanfaatkan moment ini untuk kepentingan, suasana yang ada akan menjadi lebih membara lagi. Kilas Balik tentang sepak terjang Latif Majid dalam meraih posisinya Sebagai Bupati Sumbawa setidaknya akan terkuak dalam lembaran-lembaran Buku Putih yang saat ini masih beredar dalam lingkungan terbatas. Sudah tentu isi dari Buku Putih tersebut mengungkapkan kebobrokan yang selama ini masih menjadi rahasia umum.
Kursi……….mengapa kau lahir untuk membelakangi kepentingan rakyat ?

Bandung, 11 October 2002
Arif Hidayat

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih Tas Komentar Anda

 

Artikel Terkait


© Copyright 2008. www.arifhidayat.com. All rightsreserved | www.arifhidayat.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com