Senin, 01 September 2008

Memetakan DR-1

. Senin, 01 September 2008

Tabuh suksesi kepemimpinan NTB begitu menghangat, dibalik semua itu sudah tentu berbagai kepentingan senantiasa mengikuti untuk bisa mendapatkan kesempatan yang hanya berlangsung sekali dalam lima tahun ini. Fenomena menarik muncul disaat bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur muncul kepermukaan. Undang – undang yang ada saat ini tidak membatasi seberapa banyak bakal calon yang muncul kepermukaan. Seperti halnya pemilihan Gubernur di DKI beberapa bulan yang lalu dihangatkan dengan kenyataan menarik, rakyat jelata yang berprofesi sebagai tukang becakpun mengajukan diri sebagai bakal calon Gubernur DKI. Begitu juga dengan pemilihan Gubernur propinsi Jawa Barat yang saat ini sedang berlangsung, petugas kebersihan dilingkungan Gubernuranpun mengajukan diri sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat. Untuk pemilihan Gubernur NTB-pun sama sekali tidak diharamkan muncul sebanyak mungkin bakal calon Gubernur yang mendaftarkan diri. Karena undang – undang saat ini tidak membatasi jumlah Balon yang mendaftar.

Persoalan yang muncul dari analisis berbagai pihak “Siapa” yang bakal terpilih menjadi pemimpin NTB periode mendatang, sudah tentu menambah variasi wacana yang berkembang. Pemilihan Gubernur NTB yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang sudah tentu dimatangkan dengan agenda lokal NTB. Dibalik rencana yang telah diagendakan tersebut ternyata moment nasional sudah menghadang didepan kita, tak lain moment ini adalah Pemilihan umum yang nyatanya dimajukan pada April 2004. Peristiwa lokal dan Nasional bersamaan dan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah pusat adalah mengedapankan agenda nasional ini. Suksesi kepala daerah menjelang Pemilu 2004 diharapkan dapat dilaksanakan setelah pemilu berlangsung. Agenda nasional ini ternyata cukup menganggu persiapan suksesi lokal yang telah dipersiapkan jauh – jauh hari, apalagi tim sukses masing – masing Balon sudah melakukan kampanye tertutup semenjak beberapa bulan terakhir.
Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan peta kekuatan calon – calon Gubernur NTB jika suksesi dilaksanakan sebelum dan sesudah pemilu 2004. kalau kita menelusuri fakta yang telah dan sedang berkembang di NTB tak bisa dipungkiri kekuatan Gubernur sekarang ( Harun Al-Rasyid ) mempunyai peluang yang kuat untuk terpilih kembali menjadi Gubernur periode mendatang. Meskipun kecendrungan wacana yang berkembang bahwa keinginan putera Sasak menjadi DR-1 begitu mengangkat kepermukaan. Ditambah dengan semangat etnisitas yang sengaja diangkat membawa wacana ini semakin mengarahkan pandangan kita, bahwa kemungkinan besar etnis Sasak akan menjadi orang nomor satu dipemerintahan NTB periode mendatang. Kecendrungan wacana ini berkembang memang dibiarkan oleh Harun sebagai orang yang sudah bisa membaca kekuatan lawannya. Strategi apa yang dilakukan oleh Harun belum tentu dapat dibaca oleh rivalnya dalam pemilihan gubernur mendatang. Kekuatan Harun seperti sejarah sebelumnya terletak pada Materi yang lebih dari cukup untuk membeli suara anggota Dewan. Harun sudah mengkaderkan orang – orangnya di Dewan NTB untuk bisa mengarahkan suaranya pada diri Harun. Isue etnisitas yang sengaja diangkat oleh komponen Sasak tidak akan berarti sama sekali jika komponen yang ada semuanya berkeinginan menjadi pemimpin NTB. Wacana etnisitas ini akan menjadi ampuh jika komponen Sasak dapat menyatukan suaranya dengan hanya mengedepankan Calon Tunggal sebagai Gubernur NTB. Saat ini ada beberapa nama dari etnis Sasak yang mengangkat kepermukaan, sudah tentu makin banyak nama yang muncul makin menguatkan posisi Harun untuk terpilih kembali. Ditambah lagi dengan keinginan panitia pemilihan Daerah yang menginginkan pemilihan Gubernur NTB dilaksanakan sebelum Pemilu 2004 merupakan peluang emas bagi Harun untuk mengumpulkan suara mayoritas. Kenyataan ini bisa dibaca dengan makin dimanjanya anggota DPRD NTB oleh Harun dengan kebijakan yang saling menguntungkan. Sudah tentu imbal yang ingin didapatkan adalah suara mereka disaat pemilihan Gubernur mendatang.
Akan sangat berbeda jika pemilihan Gubernur NTB dilaksanakan setelah Pemilu 2004, anggota DPRD NTB yang kemungkinan besar berganti akan memunculkan perimbangan baru dalam memetakan Calon Gubernur NTB periode mendatang. Etnis Sasak dapat lebih mengkonsolidasikan dirinya jika ingin meraih suara mayoritas akan Calonnya jika pemilihan Gubernur dilaksanakan setelah Pemilu 2004. Dan Harunpun belum tentu dapat melakukan penetrasi pada anggota DPRD NTB yang baru tersebut.
Memang boleh dibilang analisis angka yang dibuat diatas kertas, etnis Sasakpun dapat meraih suara mayoritas akan calonnya pada pemilihan Gubernur sebelum pemilu. Strategi lintas fraksi berbasis etnisitas ini akan bisa ampuh jika ada komitmen bersama antara etnis Sasak yang ada di DPRD NTB untuk mengedepankan etnis Sasak. Tapi dibalik analisis ini, kenyataan politis acapkali berbeda jauh dari apa yang berkembang. Alangkah baiknya kita melakukan setback pada pemilihan Gubernur NTB empat tahun lalu. Suara yang menguat dalam penolakan Harun justru malah membalikkan semua fakta yang ada, Harun terpilih menjadi Gubernur NTB. Bisa jadi kenyataan ini akan terulang kembali pada saat ini ditambah dengan harmonisasi hubungan Harun dengan anggota Dewan yang telah dibangunnya selama empat tahun ini merupakan kelebihan tersendiri bagi Harun untuk mengumpulkan suara mayoritas.
Akan sia – sia strategy S-S, Sasak Samawa yang sengaja diangkat kepermukaan jika mayoritas anggota DPRD NTB asal Sasak dan Samawa mengajukan beberapa nama Calon dan kesempatan ini tidak akan disia-siakan oleh Harun untuk memecahbelahkan suara tersebut untuk kepentingan politisnya yaitu terpilih kembali menjadi Gubernur NTB periode mendatang.

Jakarta, 20 Mar. 03
Arif Hidayat

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih Tas Komentar Anda

 

Artikel Terkait


© Copyright 2008. www.arifhidayat.com. All rightsreserved | www.arifhidayat.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com