Senin, 01 September 2008

Bapak NTB

. Senin, 01 September 2008

“ A leader is dealer in hope”, Seorang pemimpin adalah seorang pemasok yang berharap.
Seiring dengan semaraknya gaung Suksesi kepemimpinan NTB, tergelitik sebuah pertanyaan, Siapa Bapak NTB ? kalimat yang sangat sederhana namun membutuhkan jawaban yang mungkin sulit dirumuskan titik temunya.


Bagi orang awam seorang bapak selalu dikaitkan dengan seorang pemimpin, untuk kasus NTB siapa pemimpin saat ini ? sudah tentu Harun Al-Rasyid yang saat ini menjadi Gubernur NTB. Layakkah Harun bisa disebut sebagai Bapak NTB ? ada baiknya kita menyimak untain kalimat sederhana yang mengawali tulisan ini. Seorang pemimpin adalah seorang pemasok yang berharap. Apa yang diharapkan di NTB sudah tentu perubahan yang lebih baik di regional NTB. Angin perubahan yang ada menginsyaratkan adanya keinginan Suksesi kepemimpinan NTB. Kehadiran Harun sebagai Bakal Calon yang saat ini dipinang oleh Golkar pada dasarnya tidak Haram hukumnya. Namun justru disinilah dituntut sikap Demokrasi Harun untuk bisa membaca angin perubahan yang ada. NTB merupakan sebuah kepulauan dengan didiami oleh tiga etnis besar Sasak – Samawa – Mbojo. Kontrak sosial diamimi oleh masyarakat awam NTB yang menterjemahkan proses Suksesi kepemimpinan NTB, merupakan ritual yang memberi peluang bagi ketiga etnis yang ada untuk sama – sama memimpin NTB secara bergantian.
Sekarang kenyataan itu telah tiba saatnya untuk dibuktikan, kontrak sosial ini kini semakin intens dituntut oleh masyarakat lokal NTB terutama dari etnis Sasak yang belum merasa dirinya merdeka jika masih dipimpin diluar etnis mereka.
Harun dengan kendaraannya Golkar setidaknya belum menyadari kontrak sosial yang berkembang dalam masyarakat ini. Beberapa hari yang lalu Golkar dengan bulat mengeluarkan rekomendasi nama – nama Bakal Calon Gubernur NTB diantanya Harun dan Mesir. Sudah tentu kenyataan ini harus dipahami sebagai konsekwensi politis dalam perkembangan kekinian di NTB. Harun sebagai pemimpin yang banyak orang saat ini mengingingkannya sebaga Bapak NTB, seharusnya dengan jiwa besar memberikan peluang bagi calon lainnya di NTB. Proses regenerasi pemimpin inilah yang seharusnya dapat dijadikan taulan di NTB, karena selama ini NTB sangat miskin dengan jiwa kepemimpinan tersebut. Harun dapat menjadi pelopor dalam menjalankan amanat reformasi diwilayah NTB dengan Jalan memberikan peluang bagi calon – calon pemimpin lainnya. Apa yang dikatakan oleh mantan presiden RI, BJ. Habibie akhir – akhir ini, bahwa dia sadar proses Demokrasi di Indonesia harus mengorbankan kepentingan pribadi dan golongan. Dengan jiwa besar Habibie tidak mencalonkan diri sebagai Presiden RI dikala pertanggungjawabannya ditolak. Sikap yang digambarkan oleh Habibie merupakan bukti nyata bahwa penguasaan teori Demokrasi harus diwujudkan dalam aksi dan tindakan nyata.
Bagaimana dengan Harun yang disebut – sebut sebagai Calon Gubernur NTB periode mendatang, meskipun daya tolak ditataran Grass Root semakin membesar ? akan sangat paradox dengan sebutan Bapak NTB jika Harun tetap berambisi untuk menjadi Gubernur NTB. Langkah Harun untuk tetap maju sebagai Gubernur NTB setidaknya tidak diragukan lagi persiapannya. Berbagai kemungkinan muncul kepermukaan seiring dengan makin meluasnya wacana Suksesi kepemimpinan di NTB. Dari keinginan untuk mengandengkan konsep S-S Sasak – Samawa, B-S Bojo – Sasak sampai Bojo Samawa merupakan bukti alam Demokrasi yang ada dibutuhkan kearifan dari pemimpin yang saat ini berkuasa. Dilain pihak semakin kuatnya keinginan etnis Sasak untuk menjadi orang pertama mulai terlihat dengan makin berkumulatifnya rangkaian kalimat diantaranya “ Lombok belum merdeka jika belum dipimpin dari Etnis Sasak”. Rangkaian kejadian lokal yang ada setidaknya dapat menjadikan referensi bagi Harun untuk bisa mengukur sejauhmana pengaruh Kontrak Sosial itu tersosialisasi. Dalam pandangan yang ekstrim, jika Harun terpilih kembali menjadi Gubernur NTB bukan mustahil kejadian yang memperpurukkan NTB empat tahun lalu akan terulang kembali. Kerusuhan yang berlatar belakang SARA akan menjadi alasan diciptakannya instabilitas lokal NTB. Ini bisa dimungkinkan dari Multiplier Effect jika Harun terpilih kembali menjadi Gubernur NTB.
Akan sangat banyak kemungkinan yang terus berkembang di NTB seiring dengan makin terbukanya komunikasi ditingkat kelompok masyarakat dengan tataran grass rootnya, Harun selayaknya dapat membaca keinginan lokal tersebut. Bukan malah memposisikan diri sebagai orang terkuat yang tidak bisa dikalahkan oleh Rivalnya. Proses regenerasi kepemimpinan inilah yang bisa menjadi kunci bagi Harun untuk bisa membuktikan diri sebagai Bapak NTB. Bukan malah sebaliknya mengembosi NTB dengan aspirasi yang sama sekali tidak mencerminkan keinginan masyarakat.
Sederet pilihan akan mewarnai hari – hari depan, Harun sudah tentu memegang kunci untuk dapat menanamkan angin Demokrasi dilokal NTB, penulis percaya Harun mempunyai keinginan untuk itu namun aksi nyata dari semua itu yang harus dibuktikan. Sanggupkah Harun menciptakan regenerasi pemimpin NTB untuk periode 2004 – 2009. Wait and See , Insya Alloh.

Jakarta, 23 Maret 02
Arif Hidayat

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima Kasih Tas Komentar Anda

 

Artikel Terkait


© Copyright 2008. www.arifhidayat.com. All rightsreserved | www.arifhidayat.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com